Seandai nya ku temukan jalan sempit di lubang hidung mu, kutahu gerimis telah me ngekal menjadi kilau berlian
manpat terkesan tak ingin menjemput udara
yg telah lama mengambil serbuk aneh
di gelap ny lubang hidung
tolong buka pintu yg tersumbat itu
barang kali aku bisa mencicipi lagi aroma khas kentut mu dan bau genit selokan
hingga langkah ku pun terburu - buru
merapat di antara runcing ujung rambut berlendir
ah januari yang basah
di balik gerak waktu aku harus menyisipkan sehelai saputangan kering tersenyum kecut,
menghapus gumpalan renungan
sekali-kali aku mencipi aroma asin di terik mata hari..
By : Dinar Simalakama
Puisi, Sajak, Cerita, Curhat, Emosional Hati, Kata Bijak, Ungkapan Hati, Dll
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar